26 December 2007


Aku bertanya pada Ibu, siapakah lelaki sejati? Ibu menjawab, Nak...Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang di sekitarnya....

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang,
tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran.....

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya,
tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa ...

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari bagaimana diadi hormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati di dalam rumah...

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan,
tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan...

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang,
tetapi dari hati yang ada dibalik itu...

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari banyaknya wanita yang memuja,
tetapi komitmennya terhadap wanitayang dicintainya...

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan,
tetapi dari tabahnya dia menghadapi lika-liku kehidupan...

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca kitab suci,
tetapi dari konsistennya diamenjalankan apa yang ia baca...

(Makassar, 261207 - ku kutip dari teman yang baik)

02 December 2007



Sekali lagi, nasionalisme kita tersulut ketika negri Jiran mengklaim sejumlah kebudayaan Indonesia sebagai kesenian yang berasal dari negri mereka. Sebagai masyarakat Indon (sebutan sinis buat WNI) kita spontan tersinggung namun tidak pernah tahu harus berbuat apa selain Marah, Demo dan Marah lagi.

Bahkan baru saja saya mendapat email dari seorang teman yang berisikan beberapa konten budaya kita yang dibajak Mindon (Malaysia Dongok) seperti Reog, Kuda Lumping, tari piring, angklung dan masih banyak lagi karya seni lainnya.

Saat saya bertemu dengan jurnalis malaysia di Jepang setahun lalu, rekan saya mengakui betapa demokratisnya Indonesia, namun juga betapa emosionalnya masyarakat kita, yang menurut mereka (Mindon) "orang Indon itu kurang pendidikan...makanya marah terus".

Nampaknya kita harus lebih arif melihat klaim mengklaim ini, dunia akan tahu kok suatu budaya berasal dari mana. Analoginya "kalau kita punya baju banyak, kemudian gak pernah dipakai bertahun - tahun lalu hilang, awalnya kita gak merasa kehilangan, tapi kita jadi marah kalau ada orang yang menggunakan baju tersebut dan mengklaim itu baju mereka".

Pertanyaan saya, seberapa peduli teman - teman terhadap budaya kita sendiri, apakah teman - teman juga suka menikmati tarian kuda kepang, tari piring, atau rela berjam - jam menonton pertunjukan wayang atau reog???


Sori bukan bermaksud mengkuliahi tetang budaya, tapi apakah nasib seniman kita sudah layak untuk hidup dengan wajar di negri ini??? jika tidak wajar saja mereka menurunkan ilmu pada yang membayar lebih mahal...


Seharusnya kita sebagai orang Indonesia, jangan cuma marah atau ngamuk. itu membenarkan stigma buruk tentang Indonesia, bahwa kita adalah bangsa yang berpendidikan rendah sehingga otot lebih maju dari otak.

Lagi pula ibarat panggung, dapatkah kita melihat sisi lain bahwa Malaysia tidak lebih dari pada etalase pasar, yang akan menjual budaya Indonesia ke Dunia luar. Karena saat ini negri kita tengah berbenah dengan segala kepenatan dan kepelikan politik, korupsi, kelaparan dan lalin - lain.

Anggap saja mereka adalah seniman Indonesia yang memilih berkarir di negri lain demi kelestarian budaya kita, toh selama ini sebagian dari kita juga tidak peduli dengan wayang, reog, kuda lumping dan menganggap congklak adalah pekerjaan orang malas bukan sebuah entitas budaya yang harus diselamatkan.

Ayo deh kita mulai menghargai budaya kita sendiri, hargai seniman dan seni yang mereka hasilkan. seperti biasa, kita baru merasa memiliki dan menghargai sesuatu kalau benda tersebut sudah hilang...apakah sudah terlambat... nggak juga.....

(Makassar, 011207)

01 December 2007


Siapa yang gak tahu atau belum pernah melihat Becak??? kendaraan roda tiga yang umumnya menempatkan sang pengemudi di belakang penumpang. Becak adalah sebuah artikulasi budaya yang terjaga selama lebih dari seabad.

Tukang becak di Jakarta dipanggil "bang", di Jawa "Mas" di Makassar dipanggil "daeng". Sebuah relatifitas sapaan yang disesuaikan dengan krama terhadap kakak dalam kasta yang lebih rendah atau setara. Kenapa??? karena agak aneh kalau kita memanggil tukang becak "Oom", "Ndoro" atau "Puang"

Bentuk becak juga dapat ditafsirkan sebagai sindiran lembut buat manusia lokal, mengapa becak di Jakarta jauh lebih pendek dibanding becak Solo, karena orang Jakarta nggak mau capek angkat kaki. Atau becak Makassar lebih sempit dari becak Jakarta, seakan – akan orang Jakarta suka jadi jagoan di jalan, lebih gemuk serta sejahtera.

Becak juga kerap dipandang sebelah mata, sebagai sebuah bagian kerumitan kota. Becak membuat kota terlihat kumuh, tidak tertata dan yang menyedihkan tukang becak dianggap sebagai entitas ekonomi yang gagal. Tak jarang orang tua sering menakuti anaknya yang tidak mau belajar dengan kalimat, "...awas kalau gak mau belajar, nanti sudah besar jadi tukang becak!!!"

Barang ini juga mewakili nilai kekompakan serta spartanitas sebuah kelompok, ketika saya masih kecil. Salah seorang tetangga saya meninggal karena dikeroyok tukang becak. Alasannya sepele, salah seorang tukang becak sempat dipukul tetangga saya, lantas seluruh koleganya marah dan mendatangi rumahnya.


Meski demikian sadarkah kita, ada nilai - nilai kearifan dari komunitas tukang becak??? kearifan yang sepatutnya ditiru oleh sebagian masyarakat dan pejabat di negri ini. Coba perhatikan ketika tukang becak mencari penumpang. Sangat jarang sekali mereka berebutan atau saling sodok seperti tukang ojek.

Bahkan tidak jarang, mereka rela berbagi rezeki jika ada rekannya yang belum mendapat penumpang. Saya punya pengalaman unik, saat turun dari angkot, saya langsung menaiki sebuah becak yang tergolong bersih dan bagus. Namun serta merta pengemudinya menolak dan meminta saya menaiki becak rekannya, “dia belum dapat penumpang mas…” uups betapa bijak nya.

Bayangkan, jika budaya legowonya tukang becak ini diterapkan oleh sebagian masyrakat kita. Atau mengalah pada kepentingan yang lemah ini terjadi pada sebagian pengusaha besar dan pejabat negara ini… damainya.

Tanpa memandang sisi negatifnya, tentu kita juga menginginkan nilai – nilai kearifan tukang becak terjadi di negri ini.

(Makassar, 301107)

30 October 2007

When you're down and troubled
And you need some loving care
And nothing, nothing is going right
Close your eyes and think of me
And soon I will be thereTo brighten up
even your darkest night

You just call out my name And you know
wherever I amI'll come running to see you again
Winter, spring, summer or fallAll you have to do is call
And I'll be there
You've got a friend

ya.....sahabat you've got a friend. See you again

- Thanks to you, CAROLE KING -

(Makassar, 301007)

17 October 2007


Menjadi nara sumber sebuah forum jurnalistik, merupakan salah satu kesenangan saya semenjak ditugaskan di Makassar. Bukannya bermaksud mencari tandingan atau pamer ilmu, tapi mencari kepuasan diri untuk berbagi pengalaman sebagai seorang jurnalis.

Selama dua tahun sekurangnya sudah 20 forum atau workshop yang menjadikan saya sebagai salah satu pembicara. Salah satu workshop terbaru yang saya hadiri dan sangat berkesan adalah "Workshop Jurnalisme Investigatif" pada tanggal 19 September 2007 yang lalu.

Berbeda dengan workshop sebelumnya, kali ini saya duduk satu meja dengan Sherry Richiardi salah seorang jurnalis investigatif senior dari Amerika Serikat, Sukriansyah Latief - pemred harian fajar dan radot gourning - wartawan radio 68H papua.


Satu hal yang membuat saya takjub dengan Sherry yang juga merupakan profesor di Indiana University, dengan rendah hati dia mengatakan " I am just a simple journalist".

Wah jurnalis sekaliber dia saja mau merendah dan dengan senang hati membagikan ilmunya. fenomena ini agak berbeda dengan sebagian kecil jurnalis Indonesia yang menganggap dirinya adalah selebritis karena sering muncul di layar kaca (sepert sebuah iklan shampo ya he he he...)

Dalam workshop ini saya mengulas sedikit perjalanan peliputan ketika Fabianus Tibo cs akan dieksekusi. Saya memberikan sedikit tinjauan sisi investigatif dari liputan yang tergolong kolosal dalam pengerahan kru liputan, serta beberapa liputan lainnya seperti konflik Aceh, Poso, maupun saat saat tegang ketika berusaha membebaskan 157 orang TKW yang disekap makelarnya pada tahun 2002 lalu.

Namun bukan itu yang menjadi kepuasan saya kali ini. Kepuasan kali ini terletak pada adanya kesempatan untuk bisa menunjukkan pada seorang jurnalis asing mengenai aktivitas jurnalistik di Indonesia. Kenapa? karena selama ini muncul kesan wartawan Indonesia kerap di Identikan dengan uang serta agak mudah untuk memanipulasi berita demi uang seperti yang dipraktekkan para wartawan Bodrek.

Ini adalah forum luar biasa, terlepas luar biasanya juga honor yang saya terima sebagai pembicara, sehingga mampu menutupi cicilan rumah saya selama 2 bulan ke depan. Sebuah workshop yang menunjukkan kami jurnalis Indonesia juga punya otak, nurani dan NYALI untuk meliput sesuatu meskipun harus bertaruh nyawa.


(Makassar, 17 Oktober 2007)

13 October 2007


Suatu pagi yang indah seorang wanita muda dan cantik terlihat tergesa - gesa menuju salah satu surau di kota Makassar, "pak Ustad sudah terlambat belum ya? saya mau bayar zakat fitrah dan zakat maal", "silahkan mbak" jawab ustad muda tersebut.

"Ini uangnya pak Ustad mohon diterima, saya sudah niatkan untuk zakat dan sudah saya Ikhlaskan", "Masya Allah, banyak sekali mbak. Zakat Fitrah disini cuma Rp.18.400,-. Tapi ini lebih banyak dari dari seharusnya" sang Ustad tidak bisa menahan takjubnya melihat uang yang sangat banyak terbungkus sebuah amplop tebal berwarna coklat.

Kemudian gadis itu menjawab, " lho kan sisanya zakat profesi dan zakat maal saya pak, memang salah ya? 2,5 % dari harta milik saya kan?", "memang betul mbak, tapi ini besar sekali, memang pekerjaan mbak apa??" tanya ustad lagi.

" Saya PELACUR ustad," jawab si perempuan. Spontan muka Ustad muda tersebut berubah, merah dan berdiri dengan angkuhnya sambil berkata, "Astagfirullah, ini harta kotor... Haram ... haram...najis untuk dizakatkan. Pergilah dari sini dan jangan pernah kembali lagi selama kamu masih jadi pelacur".

Dengan muka tertunduk dan berlinang air mata, wanita malang ini berdiri dan berkata dengan lemah, " Ustad apakah sudah tidak ada surga lagi untuk orang seperti saya? jika anda melihat saya kotor apakah Allah juga melihat saya Najis... ustad Saya hanya mau didoakan..." kemudian dia melangkah keluar surau dengan gontainya.

Wanita tersebut rupanya seorang Madonna di kawasan nusantara salah satu lokasi pelacuran terbesar di Kota Makassar. Sedangkan sang ustad adalah pria muda yang mengaku menguasai dalil - dalil agama dan mentahbiskan dirinya ustad termuda di kota ini.

*************************************************************************************
Yang menjadi perhatian saya adalah demikian kotorkah wanita itu, serta sedemikian burukkah uang yang akan dizakatkannya, sehingga harta yang akan diserahkan tersebut tidak akan mampu membersihkan laiknya mengelap kaca kotor dengan kain penuh debu.

Lalu apa bedanya dengan sang Ustad yang menjadikan agama sebagai tameng dan mencari nafkah dengan cara berdakwah dan memungut bayaran yang mungkin tidak murah dalam setiap show nya. Apakah itu bukan menjual ayat - ayat Tuhan atau dengan kata lain dia juga seorang pelacur yang memanfaatkan keahliannya sebagai penghapal sebagian kecil ayat-ayat Tuhan.

Apakah tidak mungkin jika dengan ketulusan si pelacur memberi zakat serta ke ikhlasan sang Ustad mendoakan, tiba - tiba ada keajaiban. Si pelacur mungkin saja akan menemui seorang pelanggan yang ingin menikahinya dengan baik - baik. Dan ahirnya pelacur itu menjadi wanita terhormat serta memiliki keluarga sakinah mawa'dah warahmah.

Wanita tersebut mungkin sementara ini tidak tahu harus mencari nafkah dengan cara apa? dia tidak menjadi pencuri dan tidak menjadi pengganggu suami orang, melainkan prialah yang mencari kepuasan dari dirinya. Si perempuan hanya mampu menjual badan, sebuah jasa yang jelas unrecommended profesion for any women in this world.

Namun yang jelas, ada keinginan untuk mencari kebaikan keinginan untuk berubah dan keinginan untuk mencari Ridha Allah. Al Qur'an yang suci sudah mengatakan dalam Surah Al Lail, ayat 12 - 21:

"Dengan nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang"

(12). Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk
(13). Dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah Akhirat dan Dunia

(14). Maka kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala -nyala

(15). Tidak ada yang masuk kedalamnya kecuali orang yang paling celaka

(16). Yang mendustakan kebenaran dan berpaling dari iman

(17). Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu
(18). Yang menafkahkan hartanya di jalan Allah untuk membersihkannya

(19). Padahal tidak ada satu orang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya.

(20). Tetapi dia memberikan itu semata mata karena mencari keridhaan Tuhannya yang maha Tinggi
(21). Dan kelak dia benar- benar mendapat kepuasan


"Maha benar Allah dengan segala Firmannya. "

Apapun alasannya, Pelacur itu berhak untuk berubah dan berhak mencari wajah Allah diantar dunia yang penuh kebohongan ini.

(Makassar, 13 October 2007)


29 September 2007


Ada yang indah setiap bulan Ramadhan, menjelang berbuka puasa teman - teman di Biro saya selalu berebutan menyajikan ta'jil (hidangan berbuka). Tidak perduli sedang bokek atau gajian, selalu ada ta'jil dengan jumlah yang lebih dari mencukupi untuk seluruh kru di kantor.

Bukan bermaksud hitungan dagang, mereka percaya dengan memberi ta'jil pada yang berbuka sama dengan mendapatkan pahala seharian yang berpuasa seperti yang disabdakan Nabi Muhammad SAW. Matematisnya kalau ada 7 orang yang berbuka dengan hidangan yang disediakan, artinya yang bersangkutan akan mendapatkan 7 nilai pahala puasa. Bayangkan kalau dikali 30, artinya si penyedia ta'jil akan mendapatkan 210 hari pahala puasa atau setara dengan 7 bulan puasa berturut - turut.

Tapi menurut saya, intinya bukan pada kalkulasi pahala yang akan diperoleh. Namun pada nilai kebersamaan dan kepedulian sahabat saya yang mulai dipertajam lagi selama bulan puasa. Ramadhan saatnya berbagi dan memberi, saatnya menikmati sejumlah janji yang kelak akan kita nikmati dan saatnya kembali mengenali betapa RAPUHnya diri kita. Subhanallah indahnya hidup....

"...... Lir Ilir, Lir Ilir Tanduré wis sumilir
Tak ijo royo-royo Tak sengguh pengantèn Anyar

Cah angon....... cah angon Pènekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu pèneken Kanggo mbasuh dodotiro

Dodotiro.........dodotiro Kumitir bedahing pinggir
Dondomono jrumatono Kanggo sebo mengko soré.............."

#lir - ilir : cipt. Sunan Kalijaga#

(Makassar, 280907)

26 September 2007


Aduh udah pepak nih. Rindu banget dengan suasana akademis, debat debat ilmiah, komunitas berfikir yang dengan mudah ditemui disetiap sudut gedung. Kangen mau kuliah lagi, buat memperbesar kapasitas otak.


(makassar, 260907)

22 September 2007


“Bapak mau jadwalnya saya majukan, ada pesawat yang akan terbang sebentar lagi”, sapa petugas boarding. O o tawaran menarik, spontan ku jawab, ”wah boleh juga, masih ngejar gak mas?”, “sebentar lagi boarding pak”…. Alhamdulillah jawab ku dalam hati. Kemurahan Allah yang tidak terduga, padahal seharusnya saya baru bisa terbang satu jam lagi dari pukul 18.10 Wita.

Ramadhan kali ini ini memang fully miracled. Berbagai keajaiban saya rasakan meskipun tidak semuanya dapat dijabarkan dengan kata – kata. Bayangkan dengan segala jerih payah akhirnya komputer untuk Khalil anak pertamaku berhasil di rakit, tali silaturahmi yang sempat terputus puluhan tahun kembali terjalin, hingga kabar gembira menjadi kandidat TBE 2007.

Atau seperti yang saya sempat lakukan kali ini buka puasa di atas ketinggian 25 ribu kaki ketika segalanya terasa dekat dan terasa jauh. Dekat karena seakaan – akan di ketinggian inilah baitullah berada. Dimana benchmark kiblat saya hanyalah kedalaman hati yang merasa keberadaan Tuhan sangat dekat dari titik kehidupan ini. Terasa jauh karena alasan klise, terpisah sementara dari kedua anak dan istri yang sangat berarti padahal Cuma 2 hari lho.

Ramadhan on 25.000 feet berarti juga ketegangan. Bayangkan saya tengah menaiki pesawat jenis Boeing 737 – 200 yang sudah unrecommended for flight. Belum lagi ketika akan take off terdengar bunyi denging cukup lama dan memekakan telinga, meskipun akhirnya bisa juga mendarat dengan sempurna. Pasrah Cuma itu yang bisa saya lakukan, orang bijak bilang “La Takhaf wala Tahzan, Innalaha maa anna..” jangan takut dan jangan bimbang – Allah beserta kita.

(25.000 feet height – 190807 to Jakarta )

11 September 2007


Tuhan terima kasih ada Ramadhan kali ini,
Biarkan aku kembali menikmati kepatuhan manusia bersujud.
Biarkan aku kembali takjub akan manusia menahan laparnya meskipun ujudMu tak Nampak.
Biarkan aku kembali mengenang saat mbah membangunkanku untuk sahur pertama kalinya.

Tuhan terima kasih ada Rindu yang kusapa kali ini.
Izinkanku kembali menikmati kesesakan dunia dalam semalam.
Izinkanku kembali menikmati saat - saat sunyi malam tanpa sedikitpun suara.
Izinkanku kembali menikmati dejavu.

Tuhan izinkan aku... kembali bertemu
(Makassar, 110907 - Habis ikut proses Hisab Rukyah di GTC)




Kegembiraan kerap menyisakan berbagai cerita menarik, seputar manusia yang berada tidak jauh dari radius lokasi kesenangan itu berada. Seperti yang saya saksikan saat pengukuhan gelar Doktor (HC) terhadap Wakil Perdana Mentri Malaysia Dato Muhammad Najib bin Tun Abd. Razak. Ceremonial besar terkait gelar akademis dan hubungan bilateral Indonesia - Malaysia berlangsung di Kampus Universitas Hassanudin - Makassar hari ini (10 Sept. 2007).

Diluar gedung yang penuh riuh rendah pesta pentahbisan tersebut, seorang nenek berjalan tertatih mencari gelas plastik air mineral, yang dibuang para pengunjung. Bagi nek Masi, sampah - sampah plastik tersebut adalah uang yang belum dicairkan. Untuk jerih payahnya, setiap satu kilogram kemasan plastik air mineral dihargai pengumpul sebesar Rp. 2000,- sedangkan untuk satu kilogram kertas bekas apapun akan bernilai Rp.500,-.

Ironis saya katakan, karena ada sejumlah kaum fakir miskin yang hidup dari kerja keras dari sisa - sisa kesenangan itu sendiri. Seperti yang dialami oleh Nenek Masi (75), diusianya yang tebilang senja ini, nenek masi harus menafkahi hidupnya dengan menjadi pemulung dan memungut kertas serta gelas plastik.

Terlihat kecil, remeh, receh dan kotor bagi sebagian orang terutama mungkin bagi sang timbalan dari jiran serta pengunjung acara ini. Namun luar biasa besar nilainya bagi wanita renta yang sangat membutuhkan sampah yang selama ini terbuang begitu saja oleh kita.

Bayangkan untuk mendapatkan satu kilogram gelas plastik (@5 gr) Nenek Masi harus mengumpulkan 200 gelas. Dan terkadang ia harus berjalan kaki puluhan kilometer hanya untuk plastik - plastik tersebut dengan mengabaikan terik matahari serta kaki yang sudah tidak kokoh lagi.

Jika dengan kearifan, kita tidak membuang plastik atau kertas begitu saja karena mengerti ada kehidupan yang bisa bertahan darinya, mungkin sang nenek atau ribuan pemulung renta tidak perlu mengais dan berjalan puluhan kilometer hanya untuk mencari satu dua gelas yang terserak di jalan, di parit atau di tempat pembuangan akhir.

Seandainya saja dengan ketulusan, kita mengajak manusia lanjut usia menikmati sebagian sisa hidupnya dengan kegembiraan, pasti sang nenek tidak perlu kerja keras lagi hanya untuk menyambung hidupnya yang entah kapan akan segera berakhir.

Tapi mungkin saja, bagi Nenek Masi, masa tua tidak harus dinikmati dengan duduk di kursi dan ongkang ongkang kaki. Siapa tahu mencari gelas plastik serta sampah kertas adalah bentuk pengabdiannya pada Tuhan pencipta alam dengan menjaga kebersihan, atau juga baginya hidup adalah karya dan bekerja yang penting halal.
"Nenek Masi... masih ada zakat untukmu...selamatkan kami dari hisab di padang masyar."



(Makassar, 100907)

08 September 2007


Subhanallah, Insya Allah Ramadhan akan segera datang menemui kita yang rela bersua. Orang bijak mengatakan, Ramadhan adalah saatnya berbenah dan mengubah diri menjadi lebih baik lagi. Bahkan jika diibaratkan dengan sebuah games, Ramadhana adalah sesi bonus untuk mengambil poin sebanyak mungkin dengan mudah dan gampang. Bagaimana tidak, bayangkan tidurnya orang berpuasapun dinilai ibadah dan berpahala.

Namun sejak hampir dua dekade ini, puasa tidak mendapatkan pahala semata, melainkan juga fantasi dan hiburan yang semakin memanjakan mata kita. Beraneka tayangan televisi semakin menghibur dan melenakan hingga tak terasa waktu berbuka telah tiba. Akhirnya bukan meraih poin sebanyak mungkin, tapi ngebut secepat mungkin tanpa mengambil satupun bonus yang tersedia di kiri kanan kita...Masya Allah.

Tayangan pun semakin beragam, mulai dari kuis sahur yang berhadiah jutaan rupiah, hingga sinetron yang menampilkan perubahan wajah selebritis kita yang biasanya seronok untuk satu bulan menjadi tertutup jilbab plus wajah cantik yang menggoda, serta jalan cerita yang dipaksakan nyambung dengan suasana ramadhan dan akan berakhir happy ending dimasa lebaran. Semua hiburan tersebut memang sangat membantu, kaum muslimin muslimat meringankan rasa haus dan lapar saat berpuasa terlebih saat musim kemarau seperti saat ini.

Seandainya kita menyadari, semua yang dinikmati di depan layar televisi adalah tontonan kehidupan semu dan kebohongan, tentu kita tidak akan mau dibodohi lagi. Seandainya kita mengerti menyaksikan sinetron ramadhan misalnya, hanyalah menonton peristiwa pertaubatan aktor antagonis dan penderitaan aktor protagonis selama sebulan, mungkin harusya kita sudah bosan melihat tayangan tersebut.

Alangkah baiknya jika kita mengisi dengan yang lebih baik. Saat ini teknologi semakin canggih, murah dan terjangkau, dengan mudah kita bisa mendengarkan MP3 yang berisi pengajian ayat – ayat suci Al Qur’an. Atau sedikit berkontemplasi dengan memperpanjang waktu sholat dan pasca sholat. Mencoba pulang lebih cepat agar bisa berbuka bersama atau sholat berjamaah dengan keluarga.

Ramadhan adalah berkah, berkah bagi siapa saja yang mau mencarinya, baik materi atau ruhani – duniawi atau ukhrowi, termasuk para pemeran sinetron yang terpaksa berubah image entah demi Kebaikan Ramadhan atau Kebaikan Rupiah.

Ramadhan juga berkah bagi Mbok Minah, seorang papa yang hidup sebatang kara di kolong jembatan dimasa tuanya. Serta Berkah bagi George seorang mualaf yang ingin menikmati nuansa tersembunyi dari 30 malam yang tidak pernah diketahui dimana kemuliaan tersebut berada. Juga berkah untuk si Pepeng, penjual kembang api dan petasan jangue yang hanya meriah di saat Ramadhan meskipun dibayang – bayangi ketakutan akan razia, Ramadhan juga kegembiraan sikecil yang berlari – lari saat ratusan jemaah sholat Tarawih (diminggu pertama) memulai ritualnya.

Semoga tanpa kebimbangan atau pemahaman yang salah Insya Allah kita memulai puasa dengan kebaikan. Barakallah Ramadhan…Marhaban ya Karim...


(Makassar, 80907)

07 September 2007


Tak ada angin dan tak ada tanda - tanda, tiba - tiba istriku tersayang nggerutu, " ini Malaysia gimana sih, gak takut kualat sama Indonesia", peristiwa ini yang jarang terjadi dalam 5 tahun pernikahan kami. Rupanya Istriku tengah mengomentari berita tentang jomplangnya hubungan Indonesia dengan Negri Jiran yang tengah tayang di salah satu stasiun TV. Menurut istriku, sudah berapa kali negri ini di zhalimi tetangga sendiri. Mulai dari TKW, sipadan ligitan, perbatasan hingga terakhir aksi PREMAN POLISI MALAYSIA.


Luar biasa memang, istriku yang manis dan penyabar ini sontak menjadi sinis dan marah terhadap sesuatu yang tidak langsung dialaminya. Untung kedua anak kami tengah tidur pulas, sehingga tidak perlu melihat perubahan ekspresi seorang ibu yang lembut menjadi garang.


Sebagai suami yang baik, tentu tugas saya adalah menenangkan kegundahannya dengan sedikit strategi sepertinya mendukung penyataannya. "Tenang aja bu... ntar 20 tahun juga mereka gak ada apa - apanya, yang penting pemerintahan kita berubah dulu".

************************************************************************************

Di Makassar, aksi penolakan terhadap kekerasan polisi malaysia kali ini memang tidak seheboh saat ramainya sengketa pulau ambalat. Mahasiswa di kota ini yang biasanya garang dengan puak melayu, tiba - tiba kaaaleeem tanpa suara yang berarti. Kondisi ini jelas membingungkan kami para jurnalis yang ingin melihat adanya sedikit empati terhadap saudara kita yang dianiaya di Malaysia.


Malaysia lebih maju dari Indonesia memang sesuatu yang tidak dapat dipungkiri, tapi kekerasan terhadap warga Indonesia, juga tidak bernurani. Sebagai orang Jawa, saya selalu percaya dengan Filosopi masyarakat jawa, hidup itu "cakra manggilingan" artinya kadang di atas kadang di bawah.


Sebagai orang kecil terkadang saya sangat menikmati posisi sebagai terzhalimi, sehingga saat itu menurut Rasulullah SAW tidak ada batas antara saya dengan Tuhan yang akan mengabulkan semua doa saya. Sebagai muslim saya sangat percaya akan hal ini, seandainya saja seluruh rakyat Indonesia saat penzholiman itu terjadi dan mengganti kemarahan dengan Doa, mungkin semua akan berubah dan bisa saja berbalik.


Kemarahan terkadang membuat logika kita tidak berfikir dengan baik. Saat terjadi sengketa Ambalat, Mahasiswa malaysia yang tengah belajar di Universitas Hasanuddin Makassar di razia warga. Padahal seandainya mereka kita berikan pemahaman yang baik tentang Indonesia bukan tidak mungkin dalaam 10 -20 tahun mendatang merekalah pemimpin malaysia yang akan mengubah cara pandang negrinya terhadap Indonesia.


Indonesia dipandang remeh oleh negara tetangga, karena kita sendiri tidak becus mengurus diri. Politisi meributkan kepentingan atas nama rakyat, kekerasan aparat terjadi dimana - mana, pengangguran yang sulit dikendalikan, dll, membuat rasa percaya diri pemimpin negara ini semakin rendah. Bagaimana mau menentang negara lain, kalau negara ini tidak mandiri dan membutuhkan dukungan negara tetangga.


Bagi saya, peristiwa ini adalah pelajaran yang sangat mahal. Karena saat ini kami tengah membesarkan 2 orang anak yang kami harapkan menjadi Manusia terbaik di negri ini. Kekerasan Jiran cukuplah berhenti saat ini saja. Tidak perlu terjadi pada anak - anak kami dan anak - anak negri ini. Dengan segala keyakinan, Indonesia kelak akan menjadi negara terbaik dan lebih maju dari tetangga kita.... Insya Allah


(Makassar, 070907)

06 September 2007


Kehidupan memang selalu mencari pembenaran untuk mengalah atau mengalahkan, paradoks ini berlaku hampir disemua sisi perjalanan manusia sejak lahir sampai terbaring di lahan seluas 2 x 1 meter persegi.

Daeng Nasri, merupakan salah satu aktor figuran dengan tidak nyaman, harus merasakan betapa ironisnya manusia yang membutuhkan makanan untuk bertahan hidup namun harus mengorbankan satu sumber penghidupan lainnya

Setio sore menjelang Nasri termangu membayangkan beberapa petak kebun tomat garapannya di salah satu sudut kota Makassar, harus berubah fungsi menjadi ratusan rumah yang tumbuh dengan gagahnya. Sementara dalam hitungan dua bulan puluhan hektar kebun tetangganya sudah menemui ajalnya lebih dulu berubah wujud menjadi pemukiman RSSSS (Rumah Sangat Sangat Sederhana Sekali), yang memiliki nilai komersil berpuluh - puluh kali lipat saat lahan tersebut belum bertransformasi wujudnya.
Bayangkan, untuk bangunan seluas 21 m2 dengan tanah seluar 60 m2, berharga > Rp.70 juta Cash atau > Rp. 90 Juta (kredit 10 tahun - untuk orang kecil). Padahal lahan tersebut awalnya hanya senilai Rp. 110 ribu per meter persegi alias Rp 6,6 juta untuk 60 m2. Dengan bangunan tipe 21 harusnya tidak melebihi 30 juta rupiah... Bukan main.
Konversi lahan ini, terjadi secara serampangan bukan cuma di Makassar. Tapi hampir diseluruh wilayah republik ini. Tata ruang kota yang telah direncanakan berpuluh tahun sebelumnya berubah drastis dengan alasan kebutuhan pemukiman, pertambahan penduduk dan yang pasti dengan menyembunyikan Faktor Kepentingan pihak penguasa. Akibatnya mudah diduga, daerah pertanian, gunung dan bukit yang juga berperan besar sebagai penyelamat dengan menyerap ribuan bahkan jutaan metrik ton air, akhirnya harus kehilangan "Peran utamanya" sebagai pelindung dari bencana banjir, longsor, kelaparan dan kekeringan.
Daeng Nasri tidak sendiri. Masih banyak petani, penjaga lahan yang bernasib sama. Akibat keterpaksaan atau dipaksa, mereka harus merelakan dengan tragis berubah dari petani menjadi pedagang atau paling apes menjadi pengangguran.
Sebuah evolusi budaya dan kebiasaan, yang tidak pernah mereka bayangkan, akan terjadi dengan hanya menjual sepetak ladang tomat yang selama ini mampu menjadi penyambung hidup.
(Makassar, 050907)

29 August 2007


"Bukan main..." ujarku dalam hati. Kenapa??? karena tidak ada satu kata yang cukup untuk mendeskripsikan betapa dramatisnya perubahan sebuah lahan tandus, menjadi little heaven on earth.

Dua tahun yang lalu, saya masih tersiksa ketika sepetak lahan tidak produktif menyapa mataku setiap kali mengantar istri ke kantor. Lahan itu sepertinya berdiri dengan wajah renta dengan sebuah tongkat, menhadangku sambil berkata, "kemana saja ilmu pertanian yang kau pelajari selama 6 tahun".

Untunglah Tuti seorang sahabat baik, mau mengubah nasib buruk lahan tersebut dan mengubahnya menjadi sepetak harapan. Berbagai tanaman hortikultura disemai dan tumbuh dengan gembira. Bagaimana tidak sejumlah pipa telah terpasang dilahan itu menjadikannya sebagai sungai kehidupan.

Maka jadilah sebuah panorama panjang kehidupan ekosistem baru dilahan yang sempat ternista itu.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Kondisi ini mengingatkanku pada sebuah buku berjudul "Revolusi Sebatang Jerami" yang pernah kubaca 10 tahun silam, mengenai pertanian organik yang ditulis oleh Masanobu Fukuoka, seorang Maestro Pertanian Organik. Awalnya dia mendapatkan sebidang lahan tandus kerontang di kawasan Pulau Shikoku, selatan Jepang. Tanpa mesin, pestisida atau pupuk kimia, Fukuoka San mengubah takdir buruk lahan itu menjadi lahan yang menyenangkan dan sedap dipandang mata.

Bahkan bulir bulir padi, jeruk maupun buah yang dihasilkan jauh lebih besar, lebih manis dan lebih indah dari pada yang ditanam dengan cara modern. Tidak hanya itu metode pertanian organik yang dipeloporinya menjadi sebuah trend baru dalam budidaya pertanian dunia.
Produk pertanian organikpun diklaim jauh lebih aman dan sehat untuk dikonsumsi, karena tidak menggunakan pestisida, herbisida atau sida - sida lainnya.
Namun sayang, saat ini dengan memanfaatkan label pertanian organik, sejumlah produk dari klan tersebut dijual dengan harga yang relatif lebih mahal dari produk pertanian modern.
Padahal, pertanian organik dapat dilakukan siapa saja, dimana saja dengan hasil yang tidak jauh berbeda dengan produk sejenis. Seperti menanam cabe, sawi, jeruk bahkan padi bisa dilakukan di halaman rumah dengan cara konvensional.
Andaikata banyak orang berfikiran seperti tuti atau fukuoka san, pasti kita tidak perlu kesulitan menghadapi paceklik atau tukang sayur yang suka berspekulasi dengan harga, dan membandingkan barang jualannya dengan supermarket.
Hanya dibutuhkan sedikit kemauan, pasti selalu saja ada tempat untuk meletakan sebuah kaleng blek susu yang telah ditanami cabe atau tomat atau apalah... disudut rumah kita yang disapa matahari tentunya.
(Makassar, 280807)

23 August 2007


Dalam dua hari terakhir, media cetak dan elektronik lokal maupun nasional. Ramai memberitakan penculikan Raisa, seorang anak perempuan yang masih belia.

Kasus ini mengingatkan saya 22 tahun yang silam, saat saya masih berusia 9 tahun. Waktu itu, ibuku selalu cemas akan kehilangan anak – anak tercintanya. Maklum dari 4 orang anak, saya adalah anak yang paling keras kepala. Terlebih saat itu penculikan sangat marak dan disertai berbagai bumbu mengerikan, untuk tumbal hotel, ganjal jembatan dllsbaaaj (dan lain lain sebagainya ada ada aja).

Bayangkan, sekurangnya dalam seminggu bisa 4 – 5 kali saya ke perpustakaan daerah Jakarta di kawasan kebon jahe. Untuk ke lokasi tersebut, dari rumah saya harus berjalan kaki 3 kilometer ke halte bus, kemudian naik bus tingkat PPD P-70 selama 30 menit, lalu turun di Ralien atau Harmoni, itupun masih harus jalan kaki lagi sekitar 10 menit untuk bisa sampai ketujuan.

Kala itu disetiap kesempatan, ibu selalu mengingatkan beberapa hal misalnya “ingat alamat rumah kamu di Karet Tengsin Rt 005 Rw 04 No.14, Anaknya pak Supardi dan ibu Siti”, atau seperti ini, “kalau ada yang mau kasih sesuatu jangan ambil, kalau mau diajak orang yang tidak dikenal jangan ikut,” ada juga yang agak ekstrim, “ kalau ditarik orang tidak dikenal TENDANG AJA TITIT nya, sudah itu kamu kabur dan teriak keras…Culikkkkk”.

Tapi itu dulu, saat penculikan tidak mengenal metodologi yang terstruktur dan terencana seperti disinetron dan (mungkin itulah yang) diaplikasikan penculik anak semanis Rasya. Sebagai orang tua dengan 2 orang anak yang masih balita, saya kini mulai mengerti kecemasan dan ketakutan ibuku.

Seandainya saja pelaku penculikan itu membayangkan Raisa adalah anak – anak mereka, mungkin saja ini tidak terjadi. Atau seandainya setiap sekolah memiliki sistem pengawasan yang super ketat dan protektif disertai dengan sistem antar jemput Orang tua ke Sekolah hingga kembali ke Orang tua, mungkin peristiwa buruk ini bisa diredam.

Tapi semua itu hanya sebagian dari perumpaan yang seandainya saja… Rasa yang selama ini mulai hilang dari sebagian relung jiwa masyarakat kita…aaah seandainya saja aku adalah ….seandainya seandainya Polisi bergerak cepat Semoga Raisa cepat ditemukan dan pelakunya tertangkap … amien

(Makassar, 230807)

22 August 2007


Ada jargon baru yang mulai populer dikalangan kru biro Makassar "anak - anak muda yang mencoba independen". Selidik punya selidik, rupanya yang melontarkan kata - kata ajaib ini untuk pertama kalinya si Budi Zulkifli dan Chalie Mustang.

Dua orang ini tengah merancang masa depan mereka dengan membeli sebuah rumah mungil disalah satu sudut kota makassar. Kesenangan dan angan - angan indah tidak diperoleh dengan mudah. Kebingungan mulai muncul, saat Budi tidak memiliki KK dan KTP yang bisa meyakinkan Bank, bahwa dia cukup kredible dan menyedihkan untuk dapat sedikit soft loan.


Demikian pula Chalie, mengambil rumah idaman rupanya mampu mengubah kebiasaan mbangkong nya. Sebelumnya anak ini selalu bangun jam 11 atau 12 siang (kalah sama bebek...) Sudah sepekan terakhir dia mulai bangun pagi, alasannya, "... Demi DP Bos..." ha ha ha.

Benar juga kata - kata Prof. Yohanes Surya, saat saat terjepit dengan usaha yang maksimal pasti akan ada bantuan dari tangan - tangan ajaib yang bernama MESTAKUNG. Semoga saja ...


(Makassar, 220807)


"Apakah tidak berlebihan klo hilangnya sinyal siaran Metro TV selama bbrp hr ini sebagai sabotase? Metro TV memberikan pembelajaran politik dalam pilkada Jakarta, tapi sayang siarannya tidak bisa di tangkap" (+6281296xxxxx - tribun 4/0807)

"Kenapa siaran metro tv sudah seminggu rusak? kita butuh berita sepanjang hari, bukan sinetron" (+6285299077xxx - tribun 4/08/07)

"Metro TV Makassar knp msh tdk jelas gambarnya? Kmi bth tayangan mndidik bukan sinetron2 bodoh dan gosip2 konyol" (+628129600xxx - tribun 11/08/07)


Wah, pasca transmisi ngambek... emang banyak yang tanya tentang siaran yang tiba - tiba menghilang begitu saja tanpa pesan. Hampir semua pertanyaan, senada dengan SMS yang dimuat di harian tribun. So what can I do... Smile... you are confusing as I am. I just can say, forgive me bro... Alatnya belum datang dari Amrik, Rusia dan Canada.
Kalau sampai pun, mungkin harus dirakit dulu di Cirebon dulu, lalu dikirim ke Makassar dan akhirnya dipasang di Gowa, Finally here we are... Metro TV on your Screen...
Namun ada hikmahnya juga sih, setidaknya saya bisa mengukur siapa saja penggemar Metro TV di Makassar. Ternyata bukan cuma kalangan A, B+ saja lho. Tukang parkir dan satpam pun rupanya termasuk penggemar berat, terbukti setiap bertemu mereka kerap bertanya tentang raibnya sinyal Metro TV.
Gommennasai pemirsa Sabar ya....

(Makassar, 210807)

27 June 2007



"tuh kan betul saya bilang....," kalimat itu terlontar lagi dari mulut saya setelah mengetahui ada sebuah mobil yang tertimpa pohon tak lama setelah saya bilang, "ada badai di makassar". Ini adalah prediksi saya yang terjadi untuk kesekian kalinya setelah Banjir Bandang Sinjai, Adam Air, dan peristiwa kecil lainnya. Beberapa bisa dijelaskan dengan ilmiah, namun ada juga yang tidak terjelaskan....saya mengatakan inilah Insting Jurnalis atau Insting Wartawan.

Seorang Jurnalis yang baik, umumnya memiliki insting yang cukup tajam dalam memprediksi suatu peristiwa yang belum terjadi, atau mungkin akan terjadi. Prediksi peristiwa ini umumnya diperoleh dengan analisa peristiwa yang telah terjadi kemudian diramu secara statistik dengan sedikit teori probabilitas, seberapa besar kemungkinan terjadinya peristiwa dimasa yang akan datang.

Menariknya tidak semua insting dapat dipelajari secara ilmiah, bahkan beberapa jurnalis senior terkadang secara spontan dapat menduga apa yang terjadi hanya berdasarkan feeling (Sixth Sense), nah ini dia yang sulit dijelaskan....Lihat posting saya tanggal 2 Januari 2007.

Padahal insting merupakan salah satu komponen penting dalam Jurnalistik. Namun urusan duga menduga dengan ajaib ini, tidak dipelajari secara khusus dalam pendidikan jurnalisme dimanapun, namun dapat dimiliki oleh seorang jurnalis dengan memperbanyak jam terbang dalam peliputan.

Awal menjadi jurnalis, saya juga sempat menghadapi masalah dengan makhluk satu ini. Namun perlahan saya mencoba menduga berbagai macam unsur alam, ilmiah dan sedikit mitos menjadi sebuah analisa dan prediksi peristiwa yang mungkin terjadi.

Misalnya untuk menduga apa yang bisa terjadi dengan transportasi, Saya biasanya menggabungkan Ilmu Klimatologi Dasar yang diperoleh saat kuliah dengan kondisi jalan atau penerbangan atau perairan jika suatu alat transportasi melintas dalam cuaca buruk, seperti yang terjadi hari ini. Atau Klimatologi dengan Lingkungan, jika hujan deras terjadi di sebuah wilayah yang gundul dan rawan longsor.

Hasilnya.... 80% terbukti atau terjadi, asal bukan klenik lho yaa......selamat mencoba




(Makassar, 27 Juni 2007)


Belakangan ini, Khalil anak pertamaku punya hobi baru. Memainkan kamera digital atau handycam. Awalnya alat penangkap gambar itu hanya dipergunakan untuk mengabadikan wajahnya sendiri, yang lucu dan mungil. Namun sebagai ayah yang baik dengan pengetahuan jurnalisme yang sedikit kuketahui, perlahan - lahan saya coba arahkan mengambil objek yang menarik perhatiannya.
Hasilnya...cukup lumayan. Dalam 2 hari dia mampu menterjemahkahkan kalimat ajar saya menjadi gambar yang bisa dibilang cukup menarik. Secara statistikpun, cukup banyak jumlah gambar yang bisa dikategorikan bermakna untuk anak usia 3,5 tahunan. Rata - rata 4 foto yang jelas fokus dan komposisinya dari 10 kali jepret.
Lucunya pula, dia mampu menjelaskan kepada ibunya (istriku) dengan kalimat sederhana tentang apa yang sudah diambilnya. Seperti ayah tidur di kursi dengan kaos celana pendek, ayah bangun siang (karena minggu lho ya) ibu di dapur. Atau tentang anggrek spesies yang tidak terawat di pekarangan kami, dia bilang: pohonnya hijau, tempatnya rusak, pasirnya habis dimakan tikus...ha ha ha

Ya ampun, lucu juga anak sekecil ini mampu mendeskripsikan sesuatu dan berupaya senaratif mungkin dengan diksi yang gak lebih dari 100 kata yang dia miliki.
Ya, sedini mungkin memang ku upayakan dua buah hati kami mampu bercerita dan berkomunikasi dengan baik, meskipun suatu saat dia tidak harus menjadi jurnalis seperti bapaknya.

(Makassar, 260607)

25 June 2007


Modal dasar menjadi seorang jurnalis yang baik adalah RASA INGIN TAHU atau CURIOUSITY. Rasa tersebut menyebabkan seorang manusia, mencari jawaban atas semua pertanyaan yang mendasar dari sejumlah peristiwa yang terjadi.
Rasa Ingin tahu tersebut kemudian jika ditranslasikan ke dalam jurnalistik dikenal dengan istilah 5W1H, atau dalam bahasa Indonesianya adalah Apa (What), Siapa (Who), Dimana (Where), Kapan (When), Kenapa (Why) dan Bagaimana (How).
6 komponen ini sudah cukup untuk mengubah sebuah peristiwa menjadi sebuah berita yang dipublikasikan (terlepas dari layak atau tidak), dan menjadikan seseorang sebagai Jurnalis pemula. Tapi 5W1H bukan segalanya, masih ada 5w!1H! yang lebih menguras keringat dan kecerdasan seorang jurnalis, agar materi yang disampaikan lebih bermutu dan qualified.
Lebih lanjut untuk menjadi seorang Jurnalis yang baik, seorang pemula harus memiliki kemampuan berbahasa yang baik, kaya kosa kata, serta kemampuan menganalisis sebuah peristiwa menjadi mudah dicerna dan masuk akal. Tambah lagi satu hal yang utama JAM TERBANG dan rasa tidak mudah berpuas diri. Hal yang paling terakhir secara tidak langsung akan mempercepat pematangan jurnalis muda menjadi Good and Taft Journalist...
(Makassar, 24 Juni 2007 )

24 June 2007



Sudah beberapa hari terakhir ini, setiap bepergian, saya tidak pernah lupa membawa 2 tas ransel (back pack). Agak aneh dan rikuh juga awalnya. tetapi mau tidak mau memang harus saya bawa kemanapun.
Kedua tas tersebut berisi sejumlah perangkat jurnalistik, yang sangat saya butuhkan belakangan ini seperti :Laptop dengan kemampuan stream, handycam Sony HC 108, tripod, kamera digital kecil nikon L4, Palm dan aksesoris lainnya.
Ribet memang, tapi memang sangat saya perlukan, untuk mengasah kembali kemampuan jurnalistik yang berangsur angsur menumpul, akibat rutinitasku menjadi Kepala Biro dengan wilayah terluas dan eskalasi konflik yang cukup tinggi.
Kondisi ini tak jarang justru menyebabkanku lebih sering berperan sebagai jembatan antara kru dilapangan dengan produser di jakarta. Ya memang masih peran jurnalistik, namun dalam tataran berbeda.
Dengan 2 tas ajaib yang saya bawa, berbagai peristiwa yang ada dan terjadi, kucoba tulis dan tuangkan dalam tulisan kecil yang mungkin kecil juga maknanya...

Yaaah semoga teman teman bisa menikmati dan mengkritisi tulisan di blog tersebut
(makassar, 240607)

14 May 2007



Subhanallah, Tanggal 14 Mei ini dari rahim Istriku keluar lagi seorang Satria Kecil, yang akan menemani hari - hari indah kami.


Dengan agak panjang dan ribet serta pemilihan kata yang tidak terlalu banyak meribetkan huruf "R" - kecuali marga Indrawan lho ya... Anak laki - laki kedua itu kami namakan


" KHAFI DHEVA ADZEEM INDRAWAN" yang berarti "Dewa dari Keluarga Indrawan yang menyembunyikan keagungannya".


Khafi 3 tahun 8 Bulan lebih muda dari Kakaknya "KHALIL ACYUTA HAFIIDH INDRAWAN" yang berarti "Sahabat yang pemurah dari Keluarga Indrawan".


Semoga Mereka adalah bekal - bekal baik, yang akan membantu kami ayah ibunya saat dihisab dihadapan Allah SWT. Semoga Kami dapat membentuk Khalil dan Khafi menjadi Manusia Manusia terbaik




(Makassar, 14 Mei 2007)

06 March 2007


Tidak mudah memahami kemauan orang lain, tapi saya merasakan jauh lebih sulit membuat orang lain paham dengan apa yang kita inginkan...

28 February 2007


Hari ini seperti 2 tahun yang lalu, saat aku pertama kali menjadi kepala Biro. Kosong... hanya tersisa semangat teman - teman yang nyaris padam.
Ahhh... aku yakin pasti mampu membakarnya lagi, meskipun bedanya kini di leher, kedua tangan serta kedua kaki ku tertambat 5 kapal yang sudah menyalakan mesinnya tinggal tancap gas...


Ya, 2 tahun lalu kapal - kapal itu belum cukup kokoh menjejakkan badannya ke laut. Sekarang mereka sudah sempurna, sudah banyak hal yang mereka pelajari disini, bekal mereka melanglang buana.

Sedangkan aku...tak lebih dari Omar Bakrie - konsekwensi yang harus di terima saat memilih berada di belakang layar...kebanggaan yang tidak pernah terukur.

"Besarkan, Sempurnakan... dan Lupakan" lalu dimulailah siklus baru yang sama dan berulang - ulang"


14 February 2007



Hidup adalah INSPIRASI, segala sesuatu yang bisa kita peroleh dari banyak hal tentang bagaimana seharusnya menghargai kehidupan. Tentu saja inspirasi bisa juga datang dengan berbagai cara bahkan bersemedi seperti yang dilakukan mpu gandring yang saat itu kebingungan dengan keris super pesanan Ken Arok....

Malam ini (10/02/07 – dini hari) salah satu stasiun tv swasta menayangkan salah satu film favorit saya Patch Adam. Menjadi alasan bagi saya film ini menjadi sumber inspirasi adalah Base on True Story tentang dokter Pacth yang berjuang memberikan pengobatan murah meriah bahkan gratis dan metode pengobatan yang unik.

Patch, adalah salah satu inspirasi yang akhirnya menjadi sebuah obsesi bagi saya kelak untuk memiliki sebuah rumah sakit buat orang miskin. Di rumah sakit impian tersebut kelak Dokter dan Pasien berada dalam kesetaraan. Karena definisi dokter adalah orang yang memberikan pertolongan. Sejak kapan dokter menjadi Istimewa dan menjadi warga negara kelas satu….?

Indahnya jika, tidak ada calon pasien yang mengharapkan bantuan dari seseorang dokter yang dengan gagahnya bertanya, “Apa penyakit nya pak / bu….”. Lucu juga seandainya sang pasien tahu, tentu dia tidak akan datang ke Dokter.

Uniknya kadang yang dilakukan sang dokter untuk mencari tahu jawaban dari keluhan pasien adalahmembuka buku Refrensi….kira – kira penyakitnya apa, penanganannya bagaimana, dan obat yang cocok seperti apa…. and finally bayar biaya konsultasinya dan tebus obatnya urusan selesai.

Uupss… kita tentu tidak sedang mengulas film yang keren tadi, atau mengejek prilaku sebagian kecil dokter di Indonesia. Kembali ke laaapt…. (sori saya bukan Tukul Arwana) Inspirasi merupakan anugrah Allah SWT untuk manusia. Agar kita dapat menuntaskan hidup sesuai dengan harapanNya. Akhirnya penuhlah seluruh Surga hingga tidak tersisa lagi satu barapun untuk membakar manusia.

Saya yakin dan percaya, anda pun memiliki inspirasi, meskipun tidak mungkin sama dengan apa yang saya inspirasikan.

Berinspirasilah…jadikan hidup lebih berarti dengan menjadikan kita adalah inspirasi kecil di keluarga, dan menular ke lingkungan terdekat hingga akhirnya bukan tidak mungkin inspirasi andalah yang akan mengubah dunia… Ayo keluarkan inspirasi dan bermimpilah…..

(Makassar, 10 februari 2007 : 01:40 WITA)

12 January 2007


Finally... Setelah hampir 11 hari tidak diketahui rimbanya, bagian pesawat naas Adam Air akhirnya ditemukan dikawasan perairan baru.

Sad ending memang. tapi setidaknya perburuan kami sudah mulai menampakan bentuknya. 12 hari kami kurang tidur, kurang makan demi memburu adam air, agar semua orang tahu dan segera mengakhiri teka teki ini


(Makassar, 12 Januari 2007)

02 January 2007


Huh...kejadian lagi, apa yang kutakutkan. Saat malam pergantian tahun, saya sempat bilang ke rekan - rekan, "besok kayaknya akan ada pesawat yang jatuh..." dan ternyata berselang 18 jam kemudian adam air menghilang di tempat yang tidak jelas.

kalimat ku spontan terlontar, saat melihat cuaca dimalam peralihan tahun baru di kota makassar yang sangat bersahabat. Hujan sepanjang hari diikuti angin yang cukup kencang, demikian pula awan terlihat hitam dan tebal....mengerikan.

Semoga awak dan penumpang pesawat segera ditemukan mudah - mudahan selamat, kasihan mereka....


(Matanga, Polman. 2 januari 2007)

Categories

Pages

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget