06 September 2007


Kehidupan memang selalu mencari pembenaran untuk mengalah atau mengalahkan, paradoks ini berlaku hampir disemua sisi perjalanan manusia sejak lahir sampai terbaring di lahan seluas 2 x 1 meter persegi.

Daeng Nasri, merupakan salah satu aktor figuran dengan tidak nyaman, harus merasakan betapa ironisnya manusia yang membutuhkan makanan untuk bertahan hidup namun harus mengorbankan satu sumber penghidupan lainnya

Setio sore menjelang Nasri termangu membayangkan beberapa petak kebun tomat garapannya di salah satu sudut kota Makassar, harus berubah fungsi menjadi ratusan rumah yang tumbuh dengan gagahnya. Sementara dalam hitungan dua bulan puluhan hektar kebun tetangganya sudah menemui ajalnya lebih dulu berubah wujud menjadi pemukiman RSSSS (Rumah Sangat Sangat Sederhana Sekali), yang memiliki nilai komersil berpuluh - puluh kali lipat saat lahan tersebut belum bertransformasi wujudnya.
Bayangkan, untuk bangunan seluas 21 m2 dengan tanah seluar 60 m2, berharga > Rp.70 juta Cash atau > Rp. 90 Juta (kredit 10 tahun - untuk orang kecil). Padahal lahan tersebut awalnya hanya senilai Rp. 110 ribu per meter persegi alias Rp 6,6 juta untuk 60 m2. Dengan bangunan tipe 21 harusnya tidak melebihi 30 juta rupiah... Bukan main.
Konversi lahan ini, terjadi secara serampangan bukan cuma di Makassar. Tapi hampir diseluruh wilayah republik ini. Tata ruang kota yang telah direncanakan berpuluh tahun sebelumnya berubah drastis dengan alasan kebutuhan pemukiman, pertambahan penduduk dan yang pasti dengan menyembunyikan Faktor Kepentingan pihak penguasa. Akibatnya mudah diduga, daerah pertanian, gunung dan bukit yang juga berperan besar sebagai penyelamat dengan menyerap ribuan bahkan jutaan metrik ton air, akhirnya harus kehilangan "Peran utamanya" sebagai pelindung dari bencana banjir, longsor, kelaparan dan kekeringan.
Daeng Nasri tidak sendiri. Masih banyak petani, penjaga lahan yang bernasib sama. Akibat keterpaksaan atau dipaksa, mereka harus merelakan dengan tragis berubah dari petani menjadi pedagang atau paling apes menjadi pengangguran.
Sebuah evolusi budaya dan kebiasaan, yang tidak pernah mereka bayangkan, akan terjadi dengan hanya menjual sepetak ladang tomat yang selama ini mampu menjadi penyambung hidup.
(Makassar, 050907)

0 pendapat:

Categories

Pages

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget