02 August 2003


Aneh... agaknya itulah ungkapan perasaanku saat pertama kali duduk di kursi presenter. Bagaimana tidak, selama ini saya berada di belakang layar dan mencari berita. Kini harus duduk di depan kamera, membaca prompter, nginjak pedal yang suka ngadat dan mengatur intonasi suara agar terdengar berwibawa.
Nyaman gak nyaman memang harus dijalani sebagai akibat keinginan TIDAK MAU JADI JURNALIS BIASA.
Salah seorang koordinator peliputan saya pernah bilang, menjadi presenter mungkin bisa membuat kita dikenal banyak orang. Tapi itu cuma sementara aja, lepas dari semua itu you are forgotten person. Kita akan abadi dikenal orang kalau memiliki karya yang memang menjadi pedoman, acuan atau setidaknya dinikmati banyak orang sepanjang masa.
Gak ada alasan menjadi On screen person lantas membuat kita jumawa karena merasa terkenal, atau mampu menyudutkan narasumber dengan pertanyaan pedas dan menjebak, karena anak kecil yang suka mengadu pun bisa melakukannya...Nothing special lah.
Tapi itulah faktanya, banyak prensenter kita yang serta merta merasa dirinya selebritis, padahal pengalaman lapangannya bisa dikatakan wanprestasi. Hanya liputan seminar ke seminar, konpres ke konpres, gedung ke gedung cuma buat ketemu orang yang sudah pasti gak akan nolak wartawan karena demi publisitas sang sumber sendiri. Jadi apa istimewanya jadi Presenter kalau cuma menang tampang dan nama aja tapi miskin pengalaman serta terlihat bodoh, kayak manekin ditoko alias cuma jadi etalase tv.(Jakarta, 1 Agustus 2003

Categories

Pages

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget