11 September 2007


Kegembiraan kerap menyisakan berbagai cerita menarik, seputar manusia yang berada tidak jauh dari radius lokasi kesenangan itu berada. Seperti yang saya saksikan saat pengukuhan gelar Doktor (HC) terhadap Wakil Perdana Mentri Malaysia Dato Muhammad Najib bin Tun Abd. Razak. Ceremonial besar terkait gelar akademis dan hubungan bilateral Indonesia - Malaysia berlangsung di Kampus Universitas Hassanudin - Makassar hari ini (10 Sept. 2007).

Diluar gedung yang penuh riuh rendah pesta pentahbisan tersebut, seorang nenek berjalan tertatih mencari gelas plastik air mineral, yang dibuang para pengunjung. Bagi nek Masi, sampah - sampah plastik tersebut adalah uang yang belum dicairkan. Untuk jerih payahnya, setiap satu kilogram kemasan plastik air mineral dihargai pengumpul sebesar Rp. 2000,- sedangkan untuk satu kilogram kertas bekas apapun akan bernilai Rp.500,-.

Ironis saya katakan, karena ada sejumlah kaum fakir miskin yang hidup dari kerja keras dari sisa - sisa kesenangan itu sendiri. Seperti yang dialami oleh Nenek Masi (75), diusianya yang tebilang senja ini, nenek masi harus menafkahi hidupnya dengan menjadi pemulung dan memungut kertas serta gelas plastik.

Terlihat kecil, remeh, receh dan kotor bagi sebagian orang terutama mungkin bagi sang timbalan dari jiran serta pengunjung acara ini. Namun luar biasa besar nilainya bagi wanita renta yang sangat membutuhkan sampah yang selama ini terbuang begitu saja oleh kita.

Bayangkan untuk mendapatkan satu kilogram gelas plastik (@5 gr) Nenek Masi harus mengumpulkan 200 gelas. Dan terkadang ia harus berjalan kaki puluhan kilometer hanya untuk plastik - plastik tersebut dengan mengabaikan terik matahari serta kaki yang sudah tidak kokoh lagi.

Jika dengan kearifan, kita tidak membuang plastik atau kertas begitu saja karena mengerti ada kehidupan yang bisa bertahan darinya, mungkin sang nenek atau ribuan pemulung renta tidak perlu mengais dan berjalan puluhan kilometer hanya untuk mencari satu dua gelas yang terserak di jalan, di parit atau di tempat pembuangan akhir.

Seandainya saja dengan ketulusan, kita mengajak manusia lanjut usia menikmati sebagian sisa hidupnya dengan kegembiraan, pasti sang nenek tidak perlu kerja keras lagi hanya untuk menyambung hidupnya yang entah kapan akan segera berakhir.

Tapi mungkin saja, bagi Nenek Masi, masa tua tidak harus dinikmati dengan duduk di kursi dan ongkang ongkang kaki. Siapa tahu mencari gelas plastik serta sampah kertas adalah bentuk pengabdiannya pada Tuhan pencipta alam dengan menjaga kebersihan, atau juga baginya hidup adalah karya dan bekerja yang penting halal.
"Nenek Masi... masih ada zakat untukmu...selamatkan kami dari hisab di padang masyar."



(Makassar, 100907)

0 pendapat:

Categories

Pages

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget