02 December 2007



Sekali lagi, nasionalisme kita tersulut ketika negri Jiran mengklaim sejumlah kebudayaan Indonesia sebagai kesenian yang berasal dari negri mereka. Sebagai masyarakat Indon (sebutan sinis buat WNI) kita spontan tersinggung namun tidak pernah tahu harus berbuat apa selain Marah, Demo dan Marah lagi.

Bahkan baru saja saya mendapat email dari seorang teman yang berisikan beberapa konten budaya kita yang dibajak Mindon (Malaysia Dongok) seperti Reog, Kuda Lumping, tari piring, angklung dan masih banyak lagi karya seni lainnya.

Saat saya bertemu dengan jurnalis malaysia di Jepang setahun lalu, rekan saya mengakui betapa demokratisnya Indonesia, namun juga betapa emosionalnya masyarakat kita, yang menurut mereka (Mindon) "orang Indon itu kurang pendidikan...makanya marah terus".

Nampaknya kita harus lebih arif melihat klaim mengklaim ini, dunia akan tahu kok suatu budaya berasal dari mana. Analoginya "kalau kita punya baju banyak, kemudian gak pernah dipakai bertahun - tahun lalu hilang, awalnya kita gak merasa kehilangan, tapi kita jadi marah kalau ada orang yang menggunakan baju tersebut dan mengklaim itu baju mereka".

Pertanyaan saya, seberapa peduli teman - teman terhadap budaya kita sendiri, apakah teman - teman juga suka menikmati tarian kuda kepang, tari piring, atau rela berjam - jam menonton pertunjukan wayang atau reog???


Sori bukan bermaksud mengkuliahi tetang budaya, tapi apakah nasib seniman kita sudah layak untuk hidup dengan wajar di negri ini??? jika tidak wajar saja mereka menurunkan ilmu pada yang membayar lebih mahal...


Seharusnya kita sebagai orang Indonesia, jangan cuma marah atau ngamuk. itu membenarkan stigma buruk tentang Indonesia, bahwa kita adalah bangsa yang berpendidikan rendah sehingga otot lebih maju dari otak.

Lagi pula ibarat panggung, dapatkah kita melihat sisi lain bahwa Malaysia tidak lebih dari pada etalase pasar, yang akan menjual budaya Indonesia ke Dunia luar. Karena saat ini negri kita tengah berbenah dengan segala kepenatan dan kepelikan politik, korupsi, kelaparan dan lalin - lain.

Anggap saja mereka adalah seniman Indonesia yang memilih berkarir di negri lain demi kelestarian budaya kita, toh selama ini sebagian dari kita juga tidak peduli dengan wayang, reog, kuda lumping dan menganggap congklak adalah pekerjaan orang malas bukan sebuah entitas budaya yang harus diselamatkan.

Ayo deh kita mulai menghargai budaya kita sendiri, hargai seniman dan seni yang mereka hasilkan. seperti biasa, kita baru merasa memiliki dan menghargai sesuatu kalau benda tersebut sudah hilang...apakah sudah terlambat... nggak juga.....

(Makassar, 011207)

0 pendapat:

Categories

Pages

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget