18 August 2008

Hidup memang seperti dua sisi mata uang, “satu entitas tapi saling bertolak belakang”. Ada cerita kesenangan yang sama meskipun dengan subjek yang berbeda.
Seperti yang kami alami akhir pekan lalu saat saya bersama istri dan kedua anak kami membuang penat di salah satu pusat perbelanjaan di Bekasi.
Senjapun menjelang kami harus pulang dengan menaiki satu satunya sepeda motor bebek yang kita miliki, tidak ada alasan kegembiraan menghalangi kewajiban kami untuk menjemput Sholat Magrib ... Kita pulang melintasi sepanjang jalan Pekayon yang saat itu tidak terlalu ramai.
Romantika pun terjadi, Khalil duduk dimuka, lalu si bayi Khafi duduk diantara saya dan istri...Indahnya...

Tiba – tiba dari arah berlawanan melintas keluarga pemulung (Insya Allah dengan niat pulang yang sama seperti kami), sang kakak naik di gerobak yang tengah ditarik bapaknya, sedangkan si bungsu digendong sang ibu sambil berjalan kaki. Sepertinya mereka terlihat sangat gembira dengan perolehan hari itu.

Luar biasanya lagi, selain sama jumlahnya dengan keluarga kami, kedua anak mereka pun sama – sama sebaya dengan Khalil dan Khafi.

Keluarga pemulung itu bergerobak, kami bersepeda motor. Mereka pulang bekerja, kami pulang dari pekerjaan menghibur anak. Namun kami sama bergembira dengan apa yang telah Tuhan berikan saat itu.

Allah memang maha sempurna, sepertinya Dia memberiku satu lagi pelajaran saat pulang ke rumah...Fabbiayi alai Rabbikuma Tukadziban,... Fabbiayi alai Rabbikuma Tukadziban... Fabbiayi alai Rabbikuma Tukadziban ...Maka nikmat Tuhan mu yang manakah, yang engkau ingkari...Masya Allah hamba nyuwun ngapura Mu...hamba mohon ampun atas kekufuran kami ya Rabbi...

Semoga Allah berkenan melimpahkan kesejahteraan pada keluarga pemulung itu... Amien

(Bekasi, 17 Agustus 2008)

0 pendapat:

Categories

Pages

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget