26 August 2008


Sudah 3 hari cuti ini saya lebih banyak berkebun dan membaca. Salah satu bacaan favorit saya adalah National Geographic. banyak hal yang saya kagumi dari majalah mendunia ini, seperti maturitas, dokumentasi gambar maupun naskah dan yang paling penting Jurnalisnya -Bukan main Outstanding - ibaratnya kalau 20 jari kaki dan tangan saya adalah jempol semua, pasti akan akan saya acungkan semuanya.

Selain itu ada yang menggigit di National Geographic edisi Agustus kali ini (Sori sudah hampir sebulan baru sempat baca lagi). Edisi kali ini sebagian isinya adalah artikel yang telah termuat pada national geographic (international) pada tahun 1955 – Tentang 5 tahun Indonesia merdeka- judulnya Sang Raksasa Muda. Gambarnya Otentik, Orisinil dan yang penting isinya membawa kita melayang ke Negri ini ketika baru merdeka 53 tahun silam (dari pemuatan), dan salah satu kutipan yang membuat saya terharu serta bangga sebagai Orang Indonesia (saya gak mau pakai kata bangsa Indonesia) adalah :

“ Di Celebes yang telah dinamakan kembali menjadi Sulawesi oleh Republik , untuk pertama kalinya kami diresahkan oleh masalah keamanan di Indonesia. Jalan yang menyusuri sisi kanan bandara Makassar menjadi tidak aman setelah 9,5 kilometer: perampok dan pemberontak yang salin memperebutkan “wilayah kekuasaan” seringkali menyerangnya.

Sementara di sepanjang pelabuhan Makassar yang bersebelahan dengan pasar rotan terbesar di Indonesia, kami menyaksikan kapal-kapal tertambat saling berdampingan, mengingatkan siapapun pada keahlian pelaut Sulawesi.

Sebelum caravel-caravel Belanda atau Portugis pertama memasuki perairan ini, perahu-perahu besar Makassar telah berlayar sepanjang pesisir Cathay menuju Formosa dan ke arah barat ke Madagaskar, bernavigasi menggunakan bintang dengan akurasi yang mengagumkan. Dengan lengkungan halus, dek yang mulus, tiang yang tinggi dan dua dayung panjang yang dipasang di kedua sisi belakang kapal sebagai kemudi bawah air, perahu tersebut merupakan kapal yang luar biasa tangguh...” (Hal. 28, National Geographic Indonesia – Edisi Agustus 2008)


Mungkin karena saya sempat tinggal ditempat tersebut selama 6 tahun (dalam 2 periode terpisah) yang membuat saya merasa mengenal apa yang diceritakan Beverley M. Bowie & J Baylor Roberts dalam edisi tersebut.

Saya membayangkan Pelabuhan yang besar adalah paotere atau jalan yang penuh begal disekitar perintis yang masih hutan rimbun...De Ja Vu ... Kota ini memang mengagumkan manusia nya yang luar biasa ramah membuat saya selalu rindu akan Makassar. Saya juga sempat berfikir, kenapa Orde baru sedemikian IDIOTNYA mengubah nama kota Makassar menjadi Ujung Pandang??? He he he...

Ada juga foto yang memuat suasana Laut dengan Siluet Kapal Phinisi nya yang otentik dan orisinil bukan reka ulang apalagi rekayasa, bayangkan ketika Pelaut Makassar (bukan nelayan ecek –ecek) saat itu tidak pernah kebingungan dengan BBM yang baru diproduksi Indonesia dengan lifting 50 ribu barel per hari padahal sekarang 950 ribu barel aja masih kurang.

I Proud with Makassar, Saya juga beruntung anak keduaku terlahir di kota ini.... Subhanallah

(Bekasi 26 Agustus 2008)

0 pendapat:

Categories

Pages

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget