11 April 2008

"oe oek oek...” "whaaa whaaa..." tangis bayi terdengar sahut menyahut, menjadikan Masjidil Haram tak ubahnya sebuah lokasi konfrensi antar bayi sedunia. Dimana mereka memulai suatu dialektika untuk memperkenalkan diri antara satu bayi dengan bayi lain yang berbeda ras namun satu religiusitas.

Pikirku ternyata tidak cuma di Indonesia saja, namun hal ini juga terjadi ditempat seagung Masjidil Haram. Tapi apalah arti Masjidil Haram atau Ka'bah... semua itu hanya sebagian kecil tempat Allah berbagi kemuliaanNya yang pantas dinikmati siapapun, usia berapapun, jenis kelamin dan makhluk apapun...semua layak dan berhak merasakan kebesaran yang terserak itu.

Sepenglihatan saya, bayi dalam prosesi ibadah di tempat ini bukanlah hal yang aneh. Tidak hanya dalam sholat. Dalam tawaf maupun sa'i tak jarang orang tua menggendong anak mereka yang masih bayi atau balita.

Membuat iri memang, terlintas seandainya KHALIL ACYUTA dan KHAFI DHEVA dua buah hatiku ini ada saat itu, ingin rasanya mengajarkan betapa ibadah itu menyenangkan juga pelik dengan segala kompleksitas maupun simplisitas yang hanya diketahui oleh Allah dan kita sebagai makhluk yang unik, non rekuren serta tanpa preseden sebagai ciptaanNya yang rapuh.

(Salah satu sudut masjidil haram, 10 April 08. Pasca sai)

0 pendapat:

Categories

Pages

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget